Makalah Akhlak Tasawuf (Bohong)
BAB I
PENDAHULUAN
Di era globalisasi sekarang
ini, kebohongan dan kepalsuan telah menjalar dan menjadi borok di segala
lapisan masyarakat. Sebagian umat Islam pun
ada yang kecanduan dengan sikap tercela ini.
Allah swt telah menjadikan umat
Islam bersih dalam kepercayaan, segala perbuatan dan perkataannya. Kejujuran
adalah barometer kebahagiaan suatu bangsa. Tiada kunci kebahagiaan dan
ketentraman haqiqi melainkan bersikap jujur, baik jujur secara vertikal maupun
horizontal.
Kejujuran merupakan nikmat Allah Ta’ala yang teragung setelah
nikmat Islam, sekaligus penopang utama bagi berlangsungnya kehidupan dan
kejayaan Islam. Sedangkan sifat bohong merupakan ujian terbesar jika menimpa
seseorang, karena kebohongan merupakan penyakit yang menggerogoti dan
menghancurkan kejayaan Islam.
Dusta merupakan dosa dan aib besar, Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَقۡفُ
مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ
أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسُۡٔولٗا ٣٦ [سورة الإسراء,٣٦]
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (Al-Isra’:
36)
Dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ
الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ
وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ
وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ
الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ
وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
Artinya : “Sesungguhnya jujur itu
menunjukkan kepada kebaikan, sedangkan kebaikan menuntun menuju Surga. Sungguh
seseorang yang membiasakan jujur niscaya dicatat di sisi Allah sebagai orang
jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada kemungkaran, sedangkan
kemungkaran menjerumuskan ke Neraka. Sungguh orang yang selalu berdusta akan
dicatat sebagai pendusta”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hakikat dari kejujuran dan keikhlasan adalah
menyatakan keimanan dan keislaman, karena sesungguhnya orang yang menampakkan
keislamannnya terbagi menjadi dua, yaitu orang mukmin dan orang munafik. Hal
yang membedakan antara keduanya adalah kejujuran dan ketulusannya, karena
sesungguhnya dasar dari kemunafikanseseorang adalah kebohongan.
Jauhilah Dusta, karena dusta merusak hakikat
yang sebenarnya atas dirimu dan akan merusak pulakondisimu
dan pandangan manusia terhadapmu. Pendusta akan menggambarkan sesuatu yang
tiada seperti ada dan ayang ada seperti tiada. Kebenaran dikatakan sebagai kebatilan,
kebatilan dikatakan kebenaran. Kebaikan dikatakan
sebagai keburukan dan keburukan dikatakan kebaikan. Akhirnya hakikat sebenarnya
tidak mampu ia kenali sebagai akibat atas kedustaannya.
Maka saat seseorang memilih untuk bersikap
jujur dalam kehidupannya, itu bersandar kepada perasaan cinta dan taatnya
kepada Allah SWT. Jika dia memilih untuk menjauhi sikap dusta, itu bersandar
kepada perasaan takutnya kepada Allah SWT. Dan jika dia begitu teguh pada kedua
sikap tersebut, itu bersandar kepada harapan hatinya untuk mendapatkan ridha
Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bohong/Dusta
Bohong adalah
sifat atau keadaan dari sesuatu (perbuatan/perkataan), yang tidak benar,
tidak berdasarkan/fakta, tidak menepati janji/kesepakatan atau
tidak mengakui atau melanggar hak-hak pihak lain.
Sejenis
dengan pengertian bohong, terdapat kata dusta/mendustakan (tidak mengakui),
hianat/menghianati (tidak amanah/tidak menepati janji/curang), fitnah/memfitnah
(menyebar berita bohong/tuduhan palsu) dan sebagainya.
Dibandingkan
dengan sifat sombong dan sifat dengki dalam pembahasan
sebelumnya, sifat bohong atau dusta tampaknya harus lebih banyak mendapat
perhatian.
B.
Sifat Bohong Terbagi Dalam 3 Kategori
Perbuatan
yang memiliki sifat bohong/dusta/khianat, dapat dibagi dalam 3 kategori,
berdasarkan kepada firman Allah Ta’ala berikut ini:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ أَمَٰنَٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ
تَعۡلَمُونَ ٢٧ [سورة الأنفال,٢٧]
Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.Q.S (Al-Anfaal
[8] : 27)
1.
Mendustakan /
berkhianat kepada Allah SWT
Dusta
/ khianat yang terkait dengan hak-hak Allah SWT, mengabaikan perintah dan
larangan-Nya, tidak mensyukuri/mendustakan nikmat-Nya, sehingga yang
melakukan itu termasuk orang-orang yang digolongkan kedalam: kufur,
syirik, fasiq, ishyan. Firman Allah swt:
a. Q.S An-Anaam [6]: 4
وَمَا تَأۡتِيهِم مِّنۡ ءَايَةٖ مِّنۡ
ءَايَٰتِ رَبِّهِمۡ إِلَّا كَانُواْ عَنۡهَا مُعۡرِضِينَ ٤ [سورة
الأنعام,٤]
Artinya : “Dan
tak ada suatu ayat pun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada
mereka, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya (mendustakannya)”.
b. Q.S Ali Imran [3]: 94
فَمَنِ
ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ مِنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ
ٱلظَّٰلِمُونَ ٩٤
[سورة آل
عمران,٩٤]
Artinya
: “Maka barang siapa
mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang
yang dzalim”.
c. Q.S An-Aam : 11
قُلۡ سِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ ٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ
ٱلۡمُكَذِّبِينَ ١١
[سورة الأنعام,١١]
Artinya : Katakanlah: "Berjalanlah di
muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan itu"
2. Mendustakan atau berkhianat
kepada Rasul saw.
Mendustakan/khianat
kepada Rasul adalah tidak percaya terhadap misi yang dibawa Rasul,
berhianat termasuk memalsukan hadits, pembuat bid’ah serta memuja/mengagung-agungkan/mengkultuskan
Nabi melebihi manusia biasa (sehingga dianggap sebagai anak Tuhan) dan
sebagainya. Firman Allah Ta’ala:
a. Q.S As-Shaf [61] :
6
وَإِذۡ قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ
يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ إِنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُم مُّصَدِّقٗا لِّمَا
بَيۡنَ يَدَيَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَمُبَشِّرَۢا بِرَسُولٖ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِي
ٱسۡمُهُۥٓ أَحۡمَدُۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ قَالُواْ هَٰذَا سِحۡرٞ
مُّبِينٞ ٦ [سورة الـصّـف,٦]
Artinya
: Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam
berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,membenarkan kitab
sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang
Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka
tatkala Rasul itu (Muhammad) datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti
yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”
b. Q.S Al-Kahfi [18] : 110
قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ
إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ
فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا
١١٠ [سورة الكهف,١١٠]
Artinya
: ”Katakanlah: Sesungguhnya aku
ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barang siapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya"
c. Didalam Sirah Nabawiyah disebutkan dua orang sahabat yang ketika
sedang perang, tanpa sengaja membuka rahasia Nabi (umat muslimin)
kepada kaum kafir Quraish, seperti Abu Lubabah bin Abdul Munzir
serta Hathib bin Abi Balta’ah (peristiwa fathu Makkah) (lihat
juga ‘Tafsir Ibnu Katsier’ terkait dengan Ayat 27 Surat Al-Anfaal)
d. Terdapat pula orang yang mengaku Nabi bahkan pernah hendak
membunuh Nabi SAW. (Musailamah al Kadzdzab) dan 2
tokoh pembuat hadits palsu Abu ‘Ismah ibn Abi Maryan dan Abdul
Karim ibn Abil ‘Auja (T.M. Hasbi Ash Shiddieqy: Sejarah Hadits)
dan banyak lagi para pembuat bid’ah dalam beribadah
3. Mengkhianati amanah
(kepercaan) diantara sesama manusia
Dusta
/ khianat /fitnah yang terkait dengan
hak-hak sesama manusia, seperti harta, kehormatan, kepercaayaan dan
sebagainya.
Perbuatan
seperti sumpah palsu, pemalsuan, penipuan, merusak rasa
keadilan/lingkungan/tatanan kehidupan, merugikan orang lain/masyarakat dan
lainnya, sudah biasa terjadi bahkan semuanya bisa terjadi dan bersatu
dalam diri seseorang yang disebutkoruptor.
Rasulullah SAW telah
menyampaikan risalahnya berupa peringatan serta petunjuk seperti yang
terdapat di dalam Al-Qur’an serta As-Sunnah diantaranya:
a. Q.S An-Nisa : 112
وَمَن يَكۡسِبۡ خَطِيَٓٔةً أَوۡ إِثۡمٗا ثُمَّ يَرۡمِ بِهِۦ بَرِيٓٔٗا
فَقَدِ ٱحۡتَمَلَ بُهۡتَٰنٗا وَإِثۡمٗا مُّبِينٗا ١١٢ [سورة
النساء,١١٢]
Artinya : “Dan barang siapa yang mengerjakan kesalahan
atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka
sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata”.
b. Jangan ada kecurangan dalam
menggunakan alat timbang dan takaran. Q.S (Al-Israa[17]: 35) dan
Q.S (Al-Muthaffin [83] :
1-5)
c. Perintah
agar berlaku adil kepada orang yang memutuskan suatu perkara. Q.S (An-Nisa [4] :
135)
f. Abu
Khalid, Hakin bin Hizam r.a berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda,”
Dua orang yang melakukan jual beli bebas memilih sebelum keduanya berpisah.Jika
keduanya jujur dan berteruas terang dalam jual beli, maka keduanya
akan mendapatkan berkah. Namun, jika keduanya tidak berterua terang dan berdusta,
maka jual beli yang mereka lakukan tidak aakan berkah” (H.R.
Bukhari dan Muslim –H. 6/59 R.S)
g. Ibnu
Mas’ud r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kejujuran
mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan mengantarkan ke surga. Seseorang yang
senantiasa berkata jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur,
sedangkan kebohongan mengantarkan pada kedurhakaan dan kedurhakaan mengantarkan
pada neraka. Seseorang yangsenantiasa berkata bohong akan dicatat di sisi Allah
sebagai pembohong”
h. “Sesungguhnya
Allah menyukai dusta yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendamaikan
(merukunkan), dan Allah membenci kebenaran (kejujuran) yang mengakibatkan
kerusakan (HR. Ibnu Babawih)
C. Faktor-Faktor Pendorong
Terjadinya Dusta
Adapun faktor-fktor pendorong terjadinya dusta, yaitu:
1. Tipisnya rasa takut kepada Allah
Ta’ala.
2. Usaha memutarbalikkan fakta
dengan berbagai motifnya baik untuk melariskan barang dagangan, melipatgandakan
keuntungan atau yang lain.
3. Mencari perhatian, seperti ikut
dalam seminar dan diskusi dengan membawakan trik-trikdan
kisah-kisah bohong menarik supaya para peserta terpesona.
4. Tiadanya rasa tanggung jawab dan
berusaha lari dari kenyataan hidup.
5. Kebiasaan berdusta sejak kecil,
baik karena pengaruh kebiasaan orang tua atau lingkungan tempat tinggalnya.
6. Merasa bangga dengan
kebohongannya, karena ia menganggap kebohongan itu suatu kecerdikan, kecepatan
daya nalar dan perbuatan baik.
D. Dusta dalam Kenyataan
Sehari-hari yang Harus Dihindari
1. Ungkapan seseorang: “Telah saya
katakan kepadamu seribu kali, masa belum paham juga.” Ungkapan di atas tidak
menunjukkan jumlah bilangannya, tetapi untuk menguatkan maksud. Jika ia hanya
mengatakannya sekali, maka ia telah berdusta. Tetapi jika ia mengatakannya
berkali-kali walaupun belum sampai hitungan seribu kali, maka ia tidak berdosa.
2. Contoh lain, seseorang berkata
kepada temannya: “Silakan dimakan,” lalu dijawab: “Terimakasih, saya sudah
kenyang atau saya tidak bernafsu.” Hal-hal semacam itu dilarang (haram) jika
tidak mengandung tujuan yang benar. Ahli wira’i (orang-orang yang senantiasa
memelihara dirinya dari unsur haram) sangat membenci basa-basi semacam
ini.
3. Berdusta dalam memberitakan
mimpi, padahal dosanya besar sekali. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda:
“Sesungguhnya
di antara kebohongan terbesar adalah seseorang yang mengaku (bernasab) kepada selain
bapaknya, atau bercerita tentang mimpi yang tak pernah ia lihat, serta
meriwayatkan atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sesuatu yang tidak
pernah beliau katakan.”(HR. Al-Bukhari)
4. Mengelabuhi
anak kecil dengan memanggilnya untuk diberi sesuatu, padahal ia tidak memiliki
apa-apa. Misalnya, seseorang berkata: “Nak kemari, bantu bapak ya, nanti bapak
kasih duit,” tetapi kemudian ia tidak memberinya apa-apa.
5. Menceritakan
segala hal yang ia dengar.
“Cukuplah
seseorang disebut pendusta, jika ia menceritakan segala hal yang ia dengar”(HR.
Muslim).
Padahal
sangat mungkin terjadi kekeliruan dalam pemberitaannya, karena ia tidak
mengecek terlebih dahulu, tapi biasanya ia berdalih: “Ini berdasarkan yang saya
dengar”. Bagaimana jika berita itu tentang tuduhan zina? Apa
ia tetap menyebarluaskannya tanpa bukti yang nyata? Adakah di antara kita rela
didakwa zina semacam ini?
6. Berkata
atau bercerita bohong yang lucu, agar massa pendengarnya tertawa.
“Neraka
Wail (kehancuran) bagi orang yang berbicara kemudian berdusta supaya
pendengarnya tertawa. Wail baginya, sungguh Wail sangat pantas baginya”. (HR.
Bazzar)
E.
Terapi Penyembuhan Penyakit
Tercela Ini
Jika kita ingin
mengerti keburukan sifat dusta dari diri kitasendiri,
maka perhatikan kebohongan orang lain, niscaya kitamembencinya,
merendahkan dan mengecamnya. Setiap muslim wajib memperbaharui taubat dirinya
dari segala dosa dan kesalahan. Demikian pula ia wajib mencari dan memelihara
berbagai macam sebab yang bisa membantunya dalam meninggalkan dan menjauhi
sifat yang tidak terpuji ini. Di antara sebab-sebab tersebut
adalah:
1. Pengetahuan
sang pelaku tentang keharaman dusta, siksanya yang berat dan selalu mengingat
dalam setiap hendak berbicara.
2. Membiasakan
diri dalam memikul tanggung jawab dalam segala hal yang benar dan berbicara
jujur, apapun resikonya.
3. Memelihara
kata-katanya dan senantiasa mengoreksinya.
4. Mengubah
tempat-tempatberdusta menjadi tempat-tempat ibadah,
dzikir dan mempelajari ilmu.
5. Hendaknya
para pembual tahu, mereka telah menyandang salah satu sifat orang-orang munafik
karena dustanya.
6. Hendaknya
mereka juga memahami, dusta merupakan jalan menuju kemungkaran yang nantinya
bermuara di Neraka, sedangkan jujur menuntun pelakunya ke Surga.
7. Hendaknya
ia mendidik anak-anaknya secara Islami dan benar, mambiasakanmereka selalu
jujur di setiap ucapan dan tindakannya serta senantiasa jujur di hadapan
mereka.
8. Hendaknya
ia mengerti, kepercayaan relasinya akan berkurang karena
kebohongan-kebohongannya, bahkan bisa luntur sama sekali.
9. Hendaknya
ia memahami, kebohongannya itu sangat membahayakan orang lain.
F. 30 Sifat Munafik Yang Wujud Dalam Hati Kita:
Sifat Yang Ke-1 : Dusta
Sifat Yang Ke-2 : Khianat
Sifat Yang Ke-3 : Fujur dalam Pertikaian
Sifat Yang Ke-4 : Mungkir dan Ingkar Janji
Sifat Yang Ke-5 : Malas Beribadah
Sifat Yang Ke-6 : Riya
Sifat Yang Ke-7 : Sedikit Berdzikir
Sifat Yang Ke-8 : Mempercepat Shalat
Sifat Yang Ke-9 : Mencela Orang-Orang yang Taat dan Sholeh
Sifat Yang Ke-10 : Memperolok-olokkan Al Quran, As Sunnah, dan Rasulullah saw
Sifat Yang Ke-11 : Bersumpah Palsu
Sifat Yang Ke-12 : Tidak Mahu Berinfaq
Sifat Yang Ke-13 : Tidak Memiliki Kepedulian terhadap Nasib Kaum Muslimin
Sifat Yang Ke-14 : Suka Menyebakan Kabar Dusta
Sifat Yang Ke-15 : Mengingkari Takdir
Sifat Yang Ke-16 : Mencaci maki Kehormatan Orang-Orang Sholeh
Sifat Yang Ke-17 : Sering Meninggalkan Shalat Berjamaah
Sifat Yang Ke-18 : Membuat Kerosakan di Muka Bumi dengan Dalih Mengadakan Perbaikan
Sifat Yang Ke-19 : Tidak Ada Kesesuaian antara Zahir dengan Batin
Sifat Yang Ke-20 : Takut Terhadap Kejadian Apa pun
Sifat Yang Ke-21 : Berudzur dengan Dalih Dusta
Sifat Yang Ke-22 : Menyuruh Kemungkaran dan Mencegah Kemakrufan
Sifat Yang Ke-23 : Bakhil
Sifat Yang Ke-24 : Lupa Kepada Allah swt
Sifat Yang Ke-25 : Mendustakan janji Allah dan Rasul-Nya
Sifat Yang Ke-26 : Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Batin
Sifat Yang Ke-27 : Sombong dalam Berbicara
Sifat Yang Ke-28 : Tidak Memahami Islam (Ad Din)
Sifat Yang Ke-29 : Bersembunyi dari Manusia dan Menantang Allah dengan Dosa
Sifat Yang Ke-30 : Senang dengan Musibah yang Menimpa Orang-Orang Beriman dan Dengki TerhadapKebahagiaan Mereka
Sifat Yang Ke-2 : Khianat
Sifat Yang Ke-3 : Fujur dalam Pertikaian
Sifat Yang Ke-4 : Mungkir dan Ingkar Janji
Sifat Yang Ke-5 : Malas Beribadah
Sifat Yang Ke-6 : Riya
Sifat Yang Ke-7 : Sedikit Berdzikir
Sifat Yang Ke-8 : Mempercepat Shalat
Sifat Yang Ke-9 : Mencela Orang-Orang yang Taat dan Sholeh
Sifat Yang Ke-10 : Memperolok-olokkan Al Quran, As Sunnah, dan Rasulullah saw
Sifat Yang Ke-11 : Bersumpah Palsu
Sifat Yang Ke-12 : Tidak Mahu Berinfaq
Sifat Yang Ke-13 : Tidak Memiliki Kepedulian terhadap Nasib Kaum Muslimin
Sifat Yang Ke-14 : Suka Menyebakan Kabar Dusta
Sifat Yang Ke-15 : Mengingkari Takdir
Sifat Yang Ke-16 : Mencaci maki Kehormatan Orang-Orang Sholeh
Sifat Yang Ke-17 : Sering Meninggalkan Shalat Berjamaah
Sifat Yang Ke-18 : Membuat Kerosakan di Muka Bumi dengan Dalih Mengadakan Perbaikan
Sifat Yang Ke-19 : Tidak Ada Kesesuaian antara Zahir dengan Batin
Sifat Yang Ke-20 : Takut Terhadap Kejadian Apa pun
Sifat Yang Ke-21 : Berudzur dengan Dalih Dusta
Sifat Yang Ke-22 : Menyuruh Kemungkaran dan Mencegah Kemakrufan
Sifat Yang Ke-23 : Bakhil
Sifat Yang Ke-24 : Lupa Kepada Allah swt
Sifat Yang Ke-25 : Mendustakan janji Allah dan Rasul-Nya
Sifat Yang Ke-26 : Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Batin
Sifat Yang Ke-27 : Sombong dalam Berbicara
Sifat Yang Ke-28 : Tidak Memahami Islam (Ad Din)
Sifat Yang Ke-29 : Bersembunyi dari Manusia dan Menantang Allah dengan Dosa
Sifat Yang Ke-30 : Senang dengan Musibah yang Menimpa Orang-Orang Beriman dan Dengki TerhadapKebahagiaan Mereka
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bohong adalah
sifat atau keadaan dari sesuatu (perbuatan/perkataan), yang tidak benar,
tidak berdasarkan/fakta, tidak menepati janji/kesepakatan atau
tidak mengakui atau melanggar hak-hak pihak lain.
Perbuatan yang memiliki sifat dusta, dapat dibagi
dalam 3 kategori, berdasarkan kepada firman Allah Ta’ala yaitu:
mendustakan/berkhianat kepada Allah SWT, mendustakan atau
berkhianat kepada Rasul SAW, mengkhianati amanah (kepercayaan)
diantara sesama manusia.
Faktor-Faktor
Pendorong Terjadinya Dusta:
1. Tipisnya
rasa takut kepada Allah Ta’ala.
2. Usaha
memutarbalikkan fakta dengan berbagai motifnya baik untuk melariskan barang
dagangan, melipatgandakan keuntungan atau yang lain.
3. Mencari
perhatian, seperti ikut dalam seminar dan diskusi dengan membawakan trik-trik dan
kisah-kisah bohong menarik supaya para peserta terpesona.
4. Tiadanya
rasa tanggung jawab dan berusaha lari dari kenyataan hidup.
5. Kebiasaan
berdusta sejak kecil, baik karena pengaruh kebiasaan orang tua atau lingkungan
tempat tinggalnya.
6. Merasa
bangga dengan kebohongannya, karena ia menganggap kebohongan itu suatu
kecerdikan, kecepatan daya nalar dan perbuatan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Taimiyah. A’mal
al-qulub au Maqamat wa al-Ahwal. 2007.Jakarta: PT Ikrar
Mandiriabadi
Kitab Al Kadzib, Karya Saikh Abdul Malik Qashim (bit tasharruf
wa ziyadah AM. Afkar/alsofwah)
Ibnu Taimiyah, A’mal
al-qulub au Maqamat wa al-Ahwal, 2007, Jakarta,
halaman 21
Zaky Ahma Fahreza, MENGINSTAL
JUJUR “Agar Jujur Kebiasaan dan Supaya Dusta Jadi Pantangan”, 2011,
Klaten Jateng, halaman 109
Kitab Al Kadzib, Karya Saikh Abdul Malik Qashim (bit tasharruf
wa ziyadah AM. Afkar/alsofwah)
Bagus banget dan bermanpaat
BalasHapusSyukron ya ... semoga saya dapat memposting hal-hal yang bermanfaat serta bermotivasi dengan lebih baik lagi :) :)
Hapus